Permintaan telur ayam di Indonesia terus meningkat, sehingga memberikan prospek bisnis yang sangat menjanjinkan.
Bogor, Jawa Barat (KPMI Bogor) – Menjadi salah satu komponen dalam sembilan bahan pokok (sembako), permintaan telur ayam di Indonesia terus meningkat dengan harga yang relatif stabil, sehingga memberikan prospek bisnis yang cukup menjanjinkan.
“Kebutuhan telur ayam terus meningkat, karena telur merupakan salah satu sumber protein hewani yang penting. Target pasar produk ini sangat luas, mulai dari pasar rumah tangga, industri makanan dan minuman, segmen hotel, restoran dan catering, serta pasar telur khusus berupa telur yang mengandung omega tinggi,” ujar pemilik dan CEO peternakan ayam layer (ayam petelur) Quanta Farm, Kusnan bin Kundori, dalam program KPMI Goes to Industry, di Bogor, Jawa Barat, Sabtu (28/9).
Menurut dia, sektor rumah tangga merupakan segmen pasar terbesar dan paling konsisten dari telur ayam. “Walaupun masih di bawah beberapa negara di dunia, konsumsi telur ayam per kapita di Indonesia mencapai 6,7 kilogram per tahun.”
Selain itu, lanjutnya, program Makan Bergizi/Sarapan Bergizi Gratis yang dicanangkan oleh pemerintahan baru terpilih juga membuat bisnis peternakan ayam layer semakin menjanjikan.
“Program dari pemerintahan terpilih ini dipastikan membuat permintaan telur naik, sehingga pasar produk ini akan terus tersedia,” ujar Kusnan, yang juga merupakan Direktur Klub Bisnis KPMI Koordinator Wilayah (Korwil) Bogor.
Sasaran Program Makan Bergizi mencakup siswa sekolah dan pesantren, serta bantuan gizi untuk anak balita dan ibu hamil/menyusui dengan risiko anak stunting.
Uji coba program Makan Bergizi Gratis (MBG) kembali dilakukan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta pada pekan lalu, di Sekolah Dasar Negeri (SDN) 03 Rorotan, Jakarta Utara, Senin (23/9). Menu yang disajikan dalam uji coba program tersebut terdiri atas nasi, daging sapi, telur dadar, dan buah pisang.
Dari sisi bisnis, lanjutnya, usaha peternakan ayam layer bisa dimulai dari 1.000 ekor bibit (pullet), yakni ayam berusia 16 pekan atau bibit DOC (Day Old Chick).
Di Quanta Farm, Kusnan membudidayakan dua ras ayam, yakni Hy-Line Brown dan ISA Brown.
“Kedua ras ayam ini telah terbukti paling unggul karena satu ekor ayam bertelur satu butir setiap hari, sehingga bisa menghasilkan rata-rata 300 butir ayam selama masa produksi mereka mulai dari usia 16 minggu hingga 100 minggu,” jelas Kusnan, seraya menambahkan, bahkan di Amerika Serikat ayam ras ini bisa menghasilkan 500 butir telur selama masa produktif mereka.
Dari ras ISA Brown, Quanta Farm memproduksi telur ayam omega.
“Jenis telur ayam ini berbeda karena diberikan pakan khusus. Ayam ISA Brown yang dipelihara untuk menghasilkan telur yang mengandung omega diberikan pakan dengan kandungan biji-bijian, seperti jagung, flaxseed atau biji rami, dan minyak ikan,” urai Kusnan.
Flaxseed merupakan tanaman biji-bijian yang berasal dari Timur Tengah, dan telah diketahui memiliki berbagai kandungan nutrisi yang bisa meningkatkan kesehatan tubuh, seperti menurunkan kolesterol, mengurangi peradangan, hingga mencegah terjadinya kanker.
Di skala rumah tangga, imbuhnya, budi daya ayam petelur juga dapat dilakukan dengan mudah. “Beternak ayam bisa dilakukan di halaman atau pekarangan rumah. Lahan 1 meter persegi bisa untuk memelihara tujuh ekor ayam.”
Meskipun sangat menjanjikan, Kusnan menekankan, bisnis peternakan ayam petelur memerlukan niat yang kuat. “Bisnis budi daya membutuhkan niat dan ikhtiar yang kuat, mulai dari tahap awal hingga produksi. Kalau kita berhenti di tengah jalan dan belum sampai tahap produksi, modal kita tidak bisa kembali.”
“Apalagi bisnis peternakan ini berkaitan dengan makhluk hidup, yang hidup dan matinya tergantung pada Sang Pencipta. Kadang perhitungan di atas kertas tidak sama dengan hasil yang diperoleh, bisa minus bisa lebih,” tekannya.
Kusnan yang merupakan lulusan Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor (IPB), menawarkan skema kemitraan dan pelatihan lengkap bisnis peternakan ayam layer kepada masyarakat, guna memenuhi permintaan pasar yang semakin besar di Tanah Air. “Untuk kemitraan kita bisa buat dalam bentuk paket, misalnya paket 100 atau 200 ekor ayam.”
Mendengar pemaparan dari CEO Quanta Farm tersebut, salah satu peserta program KPMI Goes to Industry yang merupakan seorang pensiunan dari BUMN, Andi Jauhari, menyatakan ketertarikannya pada bisnis peternakan ayam petelur.
“Setelah mendengar pemaparan dari Pak Kusnan, saya jadi terinspirasi untuk mengajak teman-teman pensiunan untuk menginvestasikan dana pensiun mereka di bisnis ini, supaya uang yang mereka terima tidak menguap begitu saja, bahkan bisa menghasilkan pendapatan,” ujarnya selepas mengikuti acara KPMI Goes to Industry.
KPMI Goes to Industry yang merupakan program pekanan KPMI Korwil Bogor, mengundang masyarakat luas, baik yang telah menjadi pengusaha maupun calon pengusaha, untuk bergabung dalam ‘obrolan bisnis’ yang bermanfaat, yang diharapkan memperluas jaringan dan ekosistem bisnis di antara mereka.
Bagi para pengusaha, KPMI Goes to Industry merupakan peluang bagi mereka untuk memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai sistem bisnis dan produk mereka, sekaligus mempromosikan produk-produk andalannya.
KPMI Goes to Industry juga membuka peluang untuk berkolaborasi, bersinergi dan berbagi, khususnya di kalangan pelaku usaha.
Program perdana KPMI Goes to Industry yang diselenggarakan di Quanta Farm, diikuti oleh puluhan pengusaha yang bergerak di berbagai bidang bisnis, termasuk fesyen, produksi minyak cengkeh, properti, dan media.
Laporan: KPMI Bogor